berbohong yg membawa bencana

berbohong, Tak Hanya Dosa, Tapi Juga Membawa Bencana

Minggu yang cerah, sedikit panas, tapi hawanya masih terasa sejuk. Okelah buat jalan - jalan menikmati hari Minggu. Tapi aku tak mungkin jalan - jalan, hari ini ibuku sibuk. Sibuk memasak untuk diberikan ke saudara dan tetangga di sekitar rumah. Ya tentu saja aku membantu walalupun hanya mengantar makanannya. Ya maklumlah, belum ahli masak memasak gitu.

 Hari bertambah siang semakin panas, ditambah lagi harus berjalan kaki ke rumah tetangga dan saudara untuk mengantar makanan. Entah harus sedih atau senang, hari ini aku tak puasa. Maklumlah perempuan. Hehe. Jadi walaupun haus, langsung saja minum untuk mengisi tenaga dan bergegas ke rumah - rumah selanjutnya.
Rumah demi rumah kudatangi. Dan akhirnya tinggal satu rumah lagi. Tidak sekawasan dengan rumahku. Cukup jauh. Tiba - tiba muncul rasa malas dibenakku. Saat itu aku juga sedang ada tugas yang harus ku print di warnet, langsung saja muncul ideku untuk ke warnet sekaligus jalan - jalan. Aku bergegas pergi dengan saudaraku.
Eh tiba -tiba ibu memanggilku, "Nak, nanti langsung pulang ya. Tolong belikan sate 20 tusuk. Ini kurang satu rumah lagi"
Dalam hati aku berkata, "Wah, padahal mau jalan - jalan, kok malah disuruh beli sate"
"Jangan pulang sampek maghrib lho nak!", perintah ibuku lagi.
"Tapi bu, iya kalo gak lama ngprintnya", aku mencoba mencari alasan.
"Ya, masak sampek maghrib? Ini lho kurang satu rumah lagi", kata ibuku memaksaku.
"Ya sudah", kataku sambil melangkahkan kaki keluar rumah.
Aku dan saudaraku berjalan keluar gang mencari angkutan umum. Tiba - tiba ada tukang sate lewat didepan gang.
"Mir, itu ada tukang sate. Nggak beli a? Biar kita bisa jalan - jalan?", tanya saudaraku.
"Wah iya tuh. Bentar tak telpon ibu", kataku sambil mengambil ponsel hendak menelpon ibu.
"Halo, Bu di gang ada orang jualan sate, beli apa nggak bu?", tanyaku harap - harap cemas.
"Enak tah? Bentar tak lihate dulu", kata ibuku sambil menutup telpon.
Dari kejauhan aku melihat ibuku berjalan menuju gang. Wah, akhirnya bisa jalan - jalan tanpa terbebani sate, haha.
"Mana nak?", tanya ibuku.
"Itu bu, masih ada yang beli", jawabku.
"Pak ! Sate pak !", kata ibuku memanggil tukang sate.
"Bu, saya berangkat dulu ya, nanti saya agak lama. Soalnya nyari print - printan yang bagus", kataku.
Aku langsung bergegas pergi dengan saudaraku. Saat di perjalanan kami tertawa karena kejadian tadi.
"Haha, anak mau jalan - jalan , malah disuruh beli sate", kata saudaraku.
Aku hanya tertawa. Sedikit berbohong, kalau aku akan nyari warnet yang bagus, padahal niatnya mau jalan -jalan.
Sesampainya di warnet, bencana pertama adalah, warnetnya gak bisa ngprint. Wah, tanda - tanda akibat berbohong mulai nampak.
Aku kemudian berjalan mencari warnet berikutnya. Akhirnya ketemu juga. Disana operatornya agak kacau. Hasil printnya kepotong, mahal juga. Oh Tuhan, inilah bencana yang kedua.
Akhirnya aku jalan - jalan lagi membeli makanan. Setelah puas makan dan minum, aku dan saudaraku membeli es krim untuk adik. Inilah bencana yang ketiga, es krimya belum beku, masih lembek gitu. Nggak mungkin juga aku pulang tanpa bawa es krim, udah pulang telat, kelewa maghrib, gak bawa es krim, ntar adik nangis, aku yang kena marah.
Akhirnya aku pulang walaupun dengan es krim lembek. Ah, apes deh..
Jangan sekali - kali deh berbohong, apalagi sama ibu. Dampaknya parah deh.. :)

No comments:

Post a Comment